tw // mentions of accident


If she was asked to name one magical place on the earth, 10-year-old Thea would already have an answer in her mind.

The hospital.

Growing up having a doctor as her father, not a day went by without her admiring his work and dedication for other people. A good amount of her best childhood memories consisted of the times she spent playing around in his office, waiting for her father to finish yet another successful surgery. Or when she would have the most random conversations with her father’s patients, arguing about who’s the real father of Ferb.

There were no bad days inside the white walls of the hospital.

But 17-year-old Thea finally saw another side of it that day.

Ketika di tengah kesibukan dan keramaian rumah sakit, ada isakan-isakan kecil yang tidak berhenti keluar dari bibir kecilnya.

Ketika satu keluarga sedang merayakan kelahiran anggota baru mereka—tertawa dan menangis bahagia—dan di seberang mereka, ia terduduk lemas dengan wajah yang kehilangan warna serta hangat.


Semua kejadian ini dimulai ketika Thea sedang menari-nari kecil di dapur seiring dengan tarian *popcorn-*nya di dalam microwave. Pada layar TV di ruang tengah, film The Princess Diaries sudah menunggunya untuk datang dan—untuk entah berapa ratus kalinya—kembali mencari kenyamanan dari film klasik tersebut.

Baru saja ia hendak menekan tombol remote untuk memulai, sebuah suara datang dari gawainya. Dengan tangan di dada akibat rasa terkejut, Thea meraih *handphone-*nya **dan mencuri pandang pada nama yang tertera. Kedua alisnya sedikit terangkat ketika melihat nama kakaknya pada layar.

Bukannya harusnya dia lagi rapat?” tanya Thea dalam hati.

Setelah menerima panggilan tersebut, tangannya membawa gawai itu ke samping telinganya lalu gadis tersebut berbicara, “Kenapa, kak?”

“Halo?”

Thea kembali dikejutkan ketika suara yang menggema dari ujung lain bukanlah suara kakaknya. Juga bukan suara dari salah satu teman laki-laki tersebut.

Tangan Thea menjauhkan layar handphone sejenak untuk kembali memastikan bahwa nama yang terpampang pada layar adalah nama kakaknya. Ketika posisi tangannya kembali seperti semula, suara tersebut kembali memasuki pendengarannya.

“Halo, mbak?”

Telinga Thea sejenak menangkap suara keramaian di ujung sana, diikuti dengan bunyi familiar yang datang dari ambulans. Pikiran-pikiran aneh mulai muncul dalam benaknya, tetapi ia segera menggelengkan kepala demi mengusir semua itu.