Silau matahari mengalangi penglihatan seorang gadis yang sedang berdiri di pinggir lapangan rumput SMA San Joseph. Dengan tangan yang tidak berhenti mengipas demi menghindari keringat yang bercucuran, Thea bolak-balik membaca rundown yang berada dalam genggamannya.
Berdiri tepat di sampingnya, ada seorang laki-laki yang sesekali ikut mengintip kertas yang dipegang Thea, sesekali mengarahkan pandangannya pada lingkungan sekitar. Kertas rundown yang berada dalam kuasanya dipakai untuk menutupi Thea dari sinar matahari yang terik.
Di belakang mereka, ada Aja yang sedang sibuk mengecek isi dari kotak medis dalam kuasanya. Aja duduk di atas hamparan rumput, sesekali bercanda dengan Pierre dan Thea, tetapi bibirnya lebih sering tertutup—fokus memastikan seluruh peralatan yang dibutuhkan sudah lengkap.
Mereka bertiga sekarang sedang menunggu Igna dan Gego selesai memberikan instruksi pada para peserta di dalam aula.
Pada terasi pertama, para peserta ditugaskan untuk mencari mentor mereka dengan petunjuk yang diberikan. Setiap tahun, kumpulan petunjuknya berbeda. Pierre masih dapat mengingat bagaimana ia dan teman-teman kelompoknya menghabiskan waktu setengah untuk menyanyikan lagu Chrisye pada saat mereka mencari mentor tahun lalu.
Beberapa kali mereka harus menahan malu karena salah menghampiri orang, padahal mereka sudah melupakan seluruh harga diri dan bernyanyi dengan suara lantang—dan sumbang.
"Pi, nanti jangan ketawa ya please. Kalo lu ketawa pasti gue langsung ikutan," pesan Thea sembari menatap pasangan mentornya tersebut. "Tenang, Te. Gua udah latihan kemarin," balas Pierre dengan kedua alis yang naik-turun, "Gua berhasil nonton stand-up comedy-nya Dodit setengah jam tanpa ketawa sama sekali. Itu pencapaian besar kan ya?"
Sang gadis tertawa ketika mendengar bahwa pasmennya melakukan persiapan sampai sejauh itu. Ia menggelengkan kepalanya lalu berkata, "Serius gak sih lu latihan dulu kemarin?"
"Dua riuuuss. Serius banget muka gua pokoknya udah," seru Pierre dengan raut wajah yang dibuat 'serius'—yang malah kembali mengundang tawa dari Thea.
Suara mereka mengecil tiba-tiba seiring datangnya bunyi riuh dari arah aula. Tempat mereka berdiri tidak terlalu jauh dari aula dan mereka berdiri tepat di bawah gawang mini soccer.
"Oke udah mulai. Gak susah kan ya cari kita kalo kita berdiri di sini?" tanya Thea sambil membenarkan posisi mereka agar terlihat lebih formal. Tidak lupa untuk merapikan kemeja yang ia gunakan serta menyisir rambut hitamnya dengan tangan yang tidak memegang rundown acara.
"Gampang udaah. Ayok percaya sama anak-anak kita. Yang ketawa kalo anak mentor lain dateng traktir boba ya," tantang Pierre yang langsung dibalas dengan anggukan kepala dari Thea.
Mereka kembali terdiam ketika satu kelompok peserta masuk dalam pandangan. Dengan raut wajah yang menunjukkan kebingungan dan keraguan, mereka berjalan pelan menghampiri Pierre dan Thea.
Ketika mereka sudah berhenti di hadapan kedua mentor tersebut, salah satu dari mereka mulai berbisik, "Satu.. dua.. tiga!"
"Mbeee.. Mbee.... Mbeee..."
Sebesar apapun usaha Pierre untuk menahan tawanya saat itu, ia tetap dapat merasakan perutnya yang bergetar. Untungnya, wajahnya tidak berubah dari raut serius yang ia pajang sedari tadi.
Tahun itu, petunjuk yang diberikan kepada para peserta adalah nama-nama binatang. Hal yang harus mereka lakukan adalah meniru suara tersebut di depan calon mentor mereka dan apabila dibalas dengan suara yang sama, maka mereka telah berhasil menemukan mentor jambore mereka.
Tentu saja, mereka diberi sedikit arahan mengenai pakaian yang digunakan mentor mereka sebagai bantuan, tetapi tetap saja banyak peristiwa seperti ini yang terjadi—para peserta yang salah menghampiri orang.
Thea berusaha agar tidak menatap Pierre karena gadis itu tahu bahwa kemungkinan besar mereka berdua akan tertawa kalau melihat satu sama lain. Oleh karena itu, hanya keheningan yang menghampiri mereka ketika kelompok tersebut selesai meniru suara kambing dengan volume suara yang kecil.
Mendapat pesan dari keheningan tersebut, kelompok pertama yang menghampiri mereka mengucapkan salam pamit dengan muka merah lalu pergi menjauhi Pierre dan Thea.